Lulusan sekolah dan universitas di Inggris tidak memiliki keterampilan yang memadai untuk mulai bekerja. Kesimpulan ini berdasarkan survei yang dilakukan kepada para pemilik perusahaan di Inggris.
Survei atas beberapa perusahaan besar di Inggris menemukan, tiga dari empat bos perusahaan meyakini, lulusan sekolah dan universitas di Inggris miskin kemampuan dasar. Beberapa perusahaan yang disurvei adalah HSBC, Santander, KPMG, dan P&G.
Para peneliti menemukan, ribuan kaum muda mengikuti wawancara tanpa “keterampilan kerja penting” yang dibutuhkan oleh perusahaan, seperti memahami bahasa Inggris yang sesuai, kedisiplinan, seperti tepat waktu dan memiliki sikap tidak mampu dalam melakukan sesuatu.
Menurut beberapa perusahaan, calon pekerja tidak memiliki kesadaran komersial, kemampuan menulis dan berbicara bahasa Inggris dalam level tinggi, keterampilan teknis, serta kemampuan interpersonal yang baik. Demikian seperti dikutip dari Telegraph, Rabu (12/10/2011).
Penelitian yang dilakukan badan amal Young Enterprise ini menemukan, masalah ini makin parah karena mempengaruhi kaum muda, mulai dari lulusan sekolah hingga universitas. Ketua Young Enterprise, Ian Smith mengatakan, akibat dari hal ini banyak perusahaan di Inggris yang merekrut pekerja asing.
“Situasi ini semakin buruk karena Departemen Pendidikan hanya fokus pada kemampuan akademis dan ujian,” jelas Smith. Menurut data internasional yang dirilis Organisasi untuk Kerja sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) bulan lalu, banyak remaja di Inggris yang tidak bisa bekerja atau kuliah.
Data pada 2009 menunjukkan, satu dari 10 lulusan sekolah menengah atas di Inggris tidak punya kesempatan untuk bekerja atau kuliah. Dikhawatirkan, generasi muda Inggris telah gagal meski Partai Buruh telah menginvestasikan miliaran poundsterling untuk pendidikan.
Sementara itu, Direktur Jenderal Kamar Dagang Inggris (BCC), David Frost mengatakan, lulusan sekolah di Inggris tidak memiliki keterampilan yang dibutuhkan dunia kerja. Hal ini memaksa perusahaan untuk menghabiskan miliaran poundsterling agar karyawannya berkembang.
Frost yang organisasinya mewakili lebih dari 100 ribu pelaku bisnis di Inggris, mengkritik sistem pendidikan di negara tersebut. Menurutnya, pemerintah telah gagal. Akibatnya, perusahaan dibebani pelatihan untuk memperbaiki keterampilan para lulusan sekolah.
Sementara juru bicara Departemen Pendidikan berkata, “Kami turut prihatin dengan pelaku binis karena banyak lulusan sekolah yang tidak memiliki keterampilan yang dibutuhkan saat bekerja, terutama dalam kemampuan dasar bahasa Inggris dan matematika.”