Masalah ini mungkin mewakili ribuan mahasiswa yang memiliki kesulitan dalam penyusunan skripsi mereka. Kesulitan yang seringkali dialami di antaranya kesulitan mencari judul untuk skripsi, kesulitan mencari literatur dan bahan bacaan, dana yang terbatas, atau takut menemui dosen pembimbing. Kesulitan-kesulitan tersebut pada akhirnya dapat menyebabkan stress, rendah diri, frustrasi, kehilangan motivasi, menunda penyusunan skripsi dan bahkan ada yang memutuskan untuk tidak menyelesaikan skripsinya.
Kondisi ini banyak menimpa mahasiswa di semua fakultas dan jurusan, termasuk mahasiswa fakultas Psikologi. Hal ini tentu saja sangat merugikan mahasiswa yang bersangkutan mengingat bahwa skripsi merupakan tahap paling akhir dan paling menentukan dalam mencapai gelar sarjana. Selain itu usaha dan kerja keras yang telah dilakukan bertahun-tahun sebelumnya menjadi sia-sia jika mahasiswa gagal menyelesaikan skripsi. Pertanyaan kita kemudian adalah bagaimana menyiasati hal tersebut sehingga para mahasiswa ini dapat segera mulai menulis, tidak kehilangan motivasi dan segera dapat menyelesaikan skripsi tepat pada waktunya.
Dalam artikel ini penulis mencoba untuk mengemukakan beberapa cara untuk menangani permasalahan-permasalahan yang seringkali dialami mahasiswa seperti yang tersebut di atas. Berikut ini adalah beberapa saran yang mungkin berguna untuk diikuti jika Sobat Nida termasuk dalam kategori mahasiswa yang mengalami masalah dalam penyusunan skripsi:
Perencanaan yang Matang
Dalam melakukan setiap kegiatan biasakan untuk merancang suatu rencana secara matang. Dengan perencanaan yang matang diharapkan tujuan akan lebih mudah dicapai. Hersey dan Blanchard (1995) mengatakan perencanaan adalah penyusunan tujuan dan sasaran serta penyusunan peta kerja yang memperlihatkan cara pencapaian tujuan dan sasaran. Untuk memudahkan langkah pelaksanaan penulisan skripsi, maka mahasiswa dapat membuat suatu peta kegiatan seperti contoh berikut ini :
Peta kegiatan yang dibuat harus dilaksanakan dengan disiplin, karena bila terlalu memberi toleransi pada diri sendiri maka semua yang ada di peta tersebut akan sia-sia. Sedangkan hal yang masih boleh ditoleransi adalah bila berhubungan dengan dosen pembimbing dan hal yang berhubungan dengan pengurusan surat-surat keterangan.
Motivasi Diri Sendiri
Mengapa motivasi penting? Untuk menjelaskannya kita dapat memakai teori dasar dari motivasi yang dikemukakan oleh Vroom (Dunnet, 1990) bahwa Prestasi (P) merupakan hasil dari Motivasi (M) dan Kemampuan/Ability (A) dengan model sebagai berikut P = M x A.
Dengan model ini maka bila ada dua orang dengan kemampuan yang sama mengerjakan suatu tugas yang sama pula maka hasilnya bisa sangat berbeda. Misalkan Amir dan Budi sama-sama memiliki kemampuan 100, tetapi Amir memiliki motivasi 1 sedang budi memiliki motivasi 3 maka sesuai model diatas prestasi Amir hanya 100 sedangkan Budi 300. Terlihatlah sekarang betapa motivasi sangat berperan bagi prestasi seseorang.
Untuk memotivasi diri tampaknya salah satu kalimat dalam suatu iklan produk yang berbunyi "Ayo kamu bisa", harus selalu menjadi pegangan kita. Berkatalah pada diri sendiri "Saya pasti bisa, karena saya mampu". Jangan anggap remeh kemampuan diri sendiri.
Kita adalah manusia yang memiliki kemampuan yang luar biasa. Waktu kita sangat banyak, gunakan dengan efektif dan efisien. Dalam 1 minggu ada 7 hari, dalam 1 hari ada 24 jam. Bila kita mengganggap waktu sempit, berarti kita telah salah! Salah besar. Waktu kita dijadwalkan dengan batas waktu yang kita tentukan sendiri, jangan sampai waktu kita "terpaksa" dibatasi oleh fakultas, karena masa studi yang sudah hampir habis.
Mulai hari ini cobalah memotivasi diri sejak berada di rumah. Buatlah diri kita merasa berharga dan berbahagia. Bawalah kebahagian itu kemana kita berada, baik ke kampus, ke kantor atau ke lingkungan manapun juga. Tapi bagaimana caranya? Itukah yang kamu tanyakan! Menurut DePorter dan Hernacki (2001), sebelum melakukan hampir semua aktivitas dalam hidup kita, baik secara sadar maupun tidak, kita akan bertanya pada diri sendiri tentang "Apa manfaat ini bagiku?". Pertanyaan "apa manfaatnya bagiku" tersebut terus kita tanyakan pada diri sepanjang hari untuk memilih alternatif-alternatif aktivitas yang akan dilakukan.
Untuk lebih jelas dapat coba bayangkan hal berikut ini: Setiap pagi hari biasanya kita bangun tidur kemudian sembahyang subuh kemudian tidur lagi. Tetapi seharusnya akan lebih sehat bila kita bangun pagi shalat Subuh kemudian berolahraga pagi. Nah, kita harus menimbang kedua hal tersebut dengan menanyakan "apa manfaatnya bagiku?". Bila kita pilih tidur lagi, ada kemungkinan bakalan terlambat dalam perkuliahan karena bangun kesiangan. Bila memilih berolahraga pagi, badan akan terasa segar dan sehat dan kitapun dapat berangkat ke kampus tepat waktu.
Dalam banyak situasi menemukan "apa manfaatnya bagiku" sama saja dengan menciptakan minat terhadap sesuatu yang akan kita kerjakan (DePorter & Hernacki, 2001). Untuk beberapa hal mungkin mudah sekali kita tertarik dan berminat melakukannya namun ada juga hal-hal yang harus dipaksa terlebih dahulu sebelum kita tertarik untuk mengerjakannya. Namun demikian, sesulit apapun sesuatu yang harus dilakukan, kita selalu dapat menemukan sesuatu hal menarik yang dapat memberikan motivasi bagi diri sendiri.
Paling penting adalah bahwa kita sudah termotivasi untuk mempelajari suatu hal/informasi baru karena beberapa alasan. Hal inilah yang dapat membantu untuk menyelesaikan penulisan skripsi. Pada saat kita sudah termotivasi maka segala sesuatu akan terasa lebih ringan dan menyenangkan. Sedangkan rasa bosan dan malas dengan sendirinya akan musnah, bila kita sudah termotivasi dengan baik (istilah kerennya: motivasi menulis skripsi sudah terinternalisasi), dan kita sudah memahami apa manfaatnya menulis skripsi untuk kehidupan jangka panjang kita, maka kita akan lebih bersemangat.